suaramaluku.com – Pesta olahraga terbesar untuk atlet penyandang disabilitas (cacat) Paralimpiade atau Paralympic 2020 di Tokyo yang digelar sejak 24 Agustus 2021 hingga 5 September 2021, telah berakhir.
Nah, penampilan kontingen Indonesia pada even terbesar sejagad ini mengejutkan karena mampu meraih 2 medali emas, 3 perak dan 4 perunggu, sehingga berada di urutan 43 klasemen umum negara peraih medali. Naik dari peringkat awal 55.
Dari keberhasilan tersebut, sesuai data dan beberapa referensi, terdapat satu atlet para Indonesia yang membuat sejarah di Paralimpiade 2020 khusisnya di cabang olahraga bulutangkis.
Dia adalah Leany Ratri Oktilia. Pasalnya ia mampu tampil di tiga nomor final yaitu tunggal putri, ganda putri dan ganda campuran. Hasilnya, dua medali emas dari ganda putri dan campuran, serta satu perak dari tunggal putri.
Emas pertama diraih pada nomor ganda putri. Leani Ratri Oktila yang berpasangan dengan Khalimatus Sadiyah berhasil merebut emas usai mengalahkan duet China, Cheng Hefang/Ma Huihui, 21-18, 21-12.
Disusul medali perak dari nomor tunggal putri klasifikasi SL4. Leani kalah 19-21, 21-17, dan 21-16 dari wakil China, Chen Hefang.
Medali emas kedua dari ganda campuran. Leany Ratri Oktilia yang berpasangan dengan Hary Susanto, pada partai final mengalahkan wakil Prancis, Lucas Mazur/Faustine Noel 23-21 dan 21-17.
Dengan dua medali emas tersebut, maka “puasa” kontingen Indonesia merebut emas selama 41 tahun, akhirnya terbayar di Paralimpiade Tokyo 2020.
Dalam catatan sejarah, Indonesia terakhir kali meraih medali emas Paralimpiade pada tahun 1980 di Arnhem, Belanda. Saat itu, kontingen Merah Putih dapat emas melalui Yan Soebiyanto (men’s singles E) dari cabang lawn bowls dan RS Arlen (kelas 57kg putra) dari angkat berat.
Setelah itu, pencapaian terbaik Indonesia hanyalah mendulang medali perak pada Paralimpiade New York 1984 dan Seoul 1988. Pada Paralimpiade 2016 malah hanya memperoleh 1 perunggu.
Kesuksesan Leani Ratri Oktila yang lahir di Bangkinang Riau pada 6 Mei 1991, menjadikan atlet para bulutangkis pertama di Paralimpiade yang mampu merebut 2 emas dan 1 perak. Karena cabang bulutangkis secara resmi baru pertama kali dipertandingkan di Paralimpiade Tokyo 2020 ini.
Figur Leani sendiri awalnya bermain bulu tangkis sebagai atlet biasa sejak berusia 8 tahun, dan ia berlaga di ajang nasional mulai tahun 1999. Namun, Leani mengalami kecelakaan sepeda motor pada tahun 2011, menyebabkan kaki kirinya mengecil dan patah lengan kirinya. Maka, ia akhirnya memutuskan untuk pindah ke kelas disabilitas dan sukses sebagai juara Asia, juara dunia dan kini Paralimpiade.
Dengan hasil akhir tersebut, maka kontingen Indonesia di Paralimpiade meraih medali lebih banyak dari atlet Indonesia di Olimpiade 2020. Sehingga bonus miliaran rupiah yang sama dengan prestasi atlet normal akan mengalir dari Kemenpora.
DAVID JACOBS TOTAL 2 PERUNGGU
Sementara itu, atlet para tenis meja Indonesia berdarah Ambon Maluku, David Yacobs hingga berakhirnya Paralimpiade Tokyo 2020, mampu meraih satu medali perunggu di nomor tunggal putra kelas 10.
Pasalnya di nomor ganda putra berpasangan dengan Kornet Akbar, keduanya dikalahkan pada perempatfinal oleh pasangan China.
Dengan demikian, selama mengikuti tiga kali Paralimpiade, David total sudah meraih dua perunggu. Yaitu di London 2012 dan Tokyo 2020. Sedangkan di Rio de Janeiro Brazil 2016 David hanya sampai di perempatfinal.
Sedangkan dua atlet Indonesia lainnya asal Maluku yaitu Adyos Astan (tenis meja) dan Elvin Elhuda Sesa (atletik) gagal meraih medali di Paralimpiade Tokyo 2020. (novi pinontoan)