BICARA dunia kesehatan atau kedokteran di Indonesia. Suka atau tidak suka. Harus diakui orang Ambon Maluku hebat sejak masa penjajahan atau sebelum kemerdekaan maupun pasca merdeka, bahkan hingga kini.
Tokoh-tokoh penting Indonesia asli di bidang kedokteran dulu, tak bisa dipisahkan dari keilmuan dan kemampuan yang dimiliki orang Maluku dalam sejarah perjuangan maupun dunia kedokteran Indonesia.
Banyak figur asal Maluku dulu, bukan saja berprofesi dokter. Namun mereka berperan ganda, sebagai dokter dan juga pejuang perintis kemerdekaan. Bahkan menjadi menteri kesehatan dengan konsep yang sampai kini dipakai seperti Asuransi Kesehatan (Askes/kini BPJS) dan Puskesmas oleh dr Leimena dan dr Siwabessy.
Dalam berbagai catatan dan referensi sejarah, paling tidak ada empat dokter orang Maluku yang diakui hebat, bukan saja di dalam negeri saat masa kolonial hingga merdeka, tetapi diakui dan dikenal di bidang kedokteran secara internasional.
Bahkan merekalah generasi emas pertama Indonesia yang ahli kedokteran di bidangnya masing-masing. Tokoh-tokoh itu adalah Dr Jacobus Bernadus (JB) Sitanala (ahli penyakit kusta pertama Indonesia dan penerima penghargaan kehormatan dari asosiasi dokter Eropa), Dr Johanes Leimena (ahli ginjal, mantan Direktur RS Cikini dan mantan Menteri Kesehatan hingga Penjabat Presiden RI).
Kemudian Prof Dr Jonas Andreas (JA) Latumeten (ahli jiwa generasi pertama Indonesia dan Kepala RSJ Lawang) dan Prof Dr Gerrit Agustinus (GA) Siwabessy (ahli radiologi, bapak atom Indonesia dan mantan Menteri Kesehatan).
Dari keempat dokter yang juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional dan perintis kemerdekaan itu, nama mereka diabadikan oleh pemerintah RI pada nama jalan, lembaga maupun rumah sakit.
Seperti RS Kusta Dr J.B. Sitanala di Tangerang dan nama jalan di Ambon. RST dr J.A. Latumeten Ambon dan nama jalan di Jakarta. Reaktor Nuklir atau Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Dr G.A. Siwabessy dan nama jalan di Ambon serta RSUP Dr Johanes Leimena di Ambon dan monumen Leimena di kawasan Poka.
Ada pula dr Jeremias Kayadoe dan dr Melkianus Haulussy (salah satu pendiri Universitas Pattimura). Keduanya merupakan dokter pejuang kemerdekaan Indonesia. Nama dr Kayadoe diabadikan pada nama jalan di Ambon, sedangkan dr M. Haulussy namanya diabadikan pada nama RSUD Haulussy Ambon.
Kecerdasan orang Maluku untuk jadi dokter di masa kolonial hingga kini. Bukan saja milik kaum laki lakinya. Namun ada sosok perempuan bernama dr Deetje Tamaela. Ia adalah putri pejuang kemerdekaan yang juga dokter yaitu dr Lodwyk Tamaela. Dr Deetje punya kakak untuk Dien Tamaela yang terkenal dalam puisi penyair besar Chairil Anwar, “Cerita Buat Dien Tamaela”.
Dr Deetje Tamaela adalah dokter perempuan pertama orang Maluku dan pernah.jabat Kepala RSU Ambon, salah satu pendiri GMKI dan perempuan pertama yang menjadi Ketua PB GMKI. Nama ayahnya dr Lodwyk Tamaela sebagai pejuang kemerdekaan diabadikan pada nama jalan di Ambon.
Bahkan sebagai dokter militer bersejarah juga banyak. Diantaranya Brigjen TNI dr Frans Pattiasina (Mantan Direktur RSPAD Gatot Soebroto dan Kordinator Dokter Kepresidenan era Presiden Soeharto) dan Kolonel dr Eduard Ernst (EE) Pelamonia (Direktur pertama Pusat Pendidikan Kesehatan Lapangan TNI AD dan Direktur RST Pelamonia Makassar yang mengabadikan namanya).
Selain nama-nama tersebut, orang Maluku yang hebat di bidang kedokteran sangat banyak sejak dulu kala. Mereka diantaranya ada yang menjadi guru besar atau profesor pada universitas ternama seperti UI, UGM, Unair, Unhas, Dirjen di Kemenkes dan lainnya.