Pentas Seni Akhiri Festival Timba Puri 2023 di Negeri Nusaniwe

oleh -688 views
oleh

suaramaluku.com – Puncak acara Festival Timba Puri (ikan Teri) yang dilaksanakan sejak 4 Januari 2023 hingga 25 Februari 2023, diakhiri dengan pentas seni di Lapangan Gawang Mini Dusun Eri, Negeri Nusaniwe yang dimulai pukul 16.00 WIT, Sabtu (25/2/2023).

Demikian disampaikan ketua panitia kegiatan tersebut, Stane Latumahina kepada media ini di Ambon, Minggu (26/2/2023).

Menurutnya, even itu bekerjasama dengan Direkorat Jenderal Kebudayaan RI yang fasilitasi komunitas seni dan seniman secara perorangan, dengan Dana Indonesiana, bertujuan untuk bantu komunitas seni dan seniman dalam penyelenggaran even Indonesiana seni budaya di daerah-daerah, yang sebelumnya diawali kegiatan Lokakarya di Jakarta pada September 2022 lalu.

Sebagai salah satu seniman Maluku, Stane mendapatkan bantuan secara perorangan. Kegiatan ini berjalan sesuai Linimasa yang sudah ditetapkan oleh Panitia Pusat.

Dikatakan, Festival Timba Puri adalah sebuah pertunjukan Tari, Teater dan Musik yang terinspirasi dari tradisi timba puri/teri, dan bagaimana sampah mengancamnya. “Jadi, jangan dikira ini festival taruhan tangkap ikan puri. Ini hanya nama saja,” kata Stane.

Terkait dengan itu, Negeri Nusaniwe yang terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Erie dan Dusun Airlouw dipilih sebagai lokasi kegiatan festival tersebut. Pusat pemerintahan Negeri Nusaniwe berada di Dusun Erie. Letak Dusun Erie berada pada sisi bagian teluk Pulau Ambon dengan pemandangan pantai yang sangat indah, apalagi saat matahari terbenam.

Dipilihnya Dusun Eri sebagai lokasi Festival Timba Puri/teri ini, karena lautan adalah wilayah paling penting bagi masyarakat Eri, sebagian besar mereka adalah Nelayan, dan Ikan Puri/Teri merupakan salah satu mata pencaharian mereka, karena di daerah Nusaniwe, tepatnya di Dusun Eri, merupakan tempat puri atau teri terbanyak.

Adapun Festival ini sudah dimulai dengan serangkaian kegiatan berupa workshop, diantaranya workshop budaya Timba Puri/Teri yang berikan wawasan dan pengetahuan tentang budaya Ikan Teri, pentingnya jaga keberlangsungan budaya dan memajukannya, serta bagaimana jaga ekosistem pesisir khusus di pantai Dusun Eri oleh Ir Ronny Loppies MSc dan Gunther de Souza di balai Dusun Airlouw.

Kemudian workshop Penciptaan Karya Seni mencakup tiga hal, yakni Tari, Musik dan Teater, bersama tiga mentor dan para seniman, bertujuan untuk menciptakan karya pertunjukan bersama yang ditampilkan di puncak Festival.

Dengan mentor untuk tari Siru-siru adalah Jay Matitakapa, mentor Musik Kolaborasi oleh Rival de Queljoe dan .mentor Teater yaitu Calvin Papilaya.

Selain itu, workshop kuliner Ikan Puri/Teri bersama dua ahli kuliner yakni Dr Ir Imelda Krisanta Endah Savitri (Dosen Prodi Hasil Perikanan FPIK Unpatti) dan Ibu Elsina Aunalal S.Sos ,M.Pd (Kepala Sekolah SMK 5 Ambon).

Keduanya bersama mama-mama di Dusun Eri membuat berbagai kreasi dan inovasi terbaik dalam bentuk makanan siap saji maupun makanan dalam kemasan, yang hasilnya disajikan pada puncak acara,

Sementara itu, pada puncak acara penutupan festival, ada kolaborasi seni oleh band Kaihulu, Archa Band, Teater Batu Karang, Sanggar LIMABELAS, Marthen Reasoa, John Laratmase, juga turut dimeriahkan oleh komunitas Amboina Reality Music dan musisi-musisi Dusun Eri.

Tradisi Timba Puri juga ini lewat sebuah cerita, diperankan oleh para seniman, gambarkan kebiasaan/ tradisi orang-orang terdahulu di dusun Eri yang sudah sejak dulu kala melakukan Timba Puri bergotong royong, secara turun temurun hingga kini,

Cerita ini dikemas dalam bentuk komedi, puisi, lagu, musik suling tifa yang memainkan aransemen Wonderful Eri karya Stane Latumahina dan Tarian Lobe Puri.

Stane ungkapkan, pesan penting dalam teater ini adalah kita tidak hanya membutuhkan lautan sebagai ekosistem bagi ikan puri/teri di pantai Eri. Tetapi harus mampu menciptakan solidaritas terhadap laut, menjaganya dari bahaya penumpukan limbah sampah domestik dan sampah alamik yang menumpuk, yang mengganggu dan merusak habitat plankton sebagai rantai makanan ikan puri di sekitar perairan tempat mereka hidup.

“Kesadaran ini seharusnya sangat penting , sehingga orang Eri akan terus melakukan kebiasaan timba puri/teri dengan tidak membuang sampah ke lautan,” ujarnya.

Stane menambahkan, harapan dari masyarakat Eri dan penyelenggara kegiatan festival, semoga kegiatan ini dapat dilakukan setiap tahunnya dan bisa diperhatikan juga oleh dinas terkait di Provinsi Maluku , khususnya di Kota Ambon supaya diagendakan sebagai salah satu event di kalender pariwisata agar tradisi ini tetap dipertahankan oleh anak cucu secara turun temurun. (SM-05)

No More Posts Available.

No more pages to load.