Arsitektur Tradisi Maluku di Tiga Wilayah Adat Dibahas

oleh -286 views
oleh

suaramaluku.com – Diskusi tentang arsitektur tradisi Maluku di tiga wilayah adat dalam proyek LUMA yaitu Negeri Lorulun – Ohoi Wulurat – Negeri Huaulu dilaksanakan pada Selasa (27/5/2024).

LUMA sendiri adalah sebuah inisiatif yang bertujuan mendokumentasikan, mengarsipkan, dan mengedukasi masyarakat mengenai kekayaan arsitektur budaya Maluku

Diskusi ini dibuka oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX, Dody Wiranto S.S. M.Hum dan dimoderatori Wesly Johannes, dengan nara sumber Arsitek dan penelitinya, Pierre Adelaar Ajawaila.

Dalam diskusi tersebut dipaparkan hasil pendokumentasian arsitektur tradisi Maluku dari tiga wilayah adat, sekaligus mengupas peluang pengembangan arsitektur modern yang berakar pada nilai-nilai lokal.

Diskusi dihadiri oleh 112 peserta yang berasal dari Mahasiswa Arsitektur dan Pariwisata Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, mahasiswa Arsitektur UKIM, praktisi dan profesional dalam bidang arsitektur, anggota Ikatan Arsitek Indonesia Maluku dan Himpunan Desainer Interior Maluku, serta pemangku kebijakan dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku, serta Direktur Ambon Music Office.

Fokus diskusi LUMA adalah pada arsitektur vernakular dari tiga lokasi penting, yaitu: Rumah masyarakat adat Huaulu di Negeri Huaulu, Kabupaten Maluku Tengah.

Dinding Batu Lutur di Ohoi Wulurat, Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara.

Kemudian yang ketiga yakni Rumah Adat Lorulun di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Tim pendokumentasi mengumpulkan data visual dan narasi dari komunitas adat, kemudian mengolahnya menjadi arsip digital.

Data ini menjadi dasar pengembangan desain arsitektur modern yang mengintegrasikan unsur-unsur arsitektur tradisi dengan nilai-nilai lokal (local wisdom), agar tetap relevan dan dapat diterapkan dalam pembangunan masa kini.

Selain mendokumentasikan, proyek ini juga membuka ruang diskusi dan workshop untuk membahas bagaimana arsitektur tradisi dapat dimajukan dan dilestarikan secara berkelanjutan. LUMA menjadi jembatan antara pelestarian warisan budaya dan inovasi desain masa depan.

Pameran hasil inisiatif ini berlangsung 24 – 30 Mei 2025, di Monumen Gong Perdamaian Dunia, Ambon. Pameran menampilkan arsip digital, instalasi visual, dan hasil desain modern yang terinspirasi dari arsitektur tradisi Maluku.

Agenda pameran LUMA berlanjut dengan pertunjukan hiphop pada Kamis, 29 Mei 2025 menampilkan ekspresi seni urban yang dinamis.

Pada Jumat, 30 Mei 2025 digelar pertunjukan musik sekaligus penutupan pameran sebagai puncak perayaan. Acara ini terbuka untuk umum dan didukung penuh oleh Dana Indonesiana serta Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. (*/NP)

No More Posts Available.

No more pages to load.