JAS MERAH atau Jangan Sekali sekali Melupakan Sejarah. Itu kalimat terkenal dari sang proklamator bangsa, Ir Soekarno. Sehingga apakah tahu atau tidak tahu. Namun siapapun yang merasa sebagai orang Maluku harus bangga di republik ini. Sebab fakta sejarah NKRI buktikannya. Karena Maluku adalah satu dari 8 Provinsi awal berdirinya RI tahun 1945.
Pasalnya, hanya berselang dua hari setelah proklamasi, wilayah Maluku dari utara sampai selatan dinyatakan sebagai provinsi sendiri dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kota Ambon.
Kemudian Maluku ditetapkan sebagai salah satu provinsi yang merupakan daerah swatantra tingkat I melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1958 tertanggal 17 Juni 1958 yang juga dapat disebut sebagai UU Pembentukan Maluku. UU tersebut merupakan penetapan dari UU Darurat Nomor 22 Tahun 1957 yang memiliki tujuan yang sama.
Nah, satu dari banyak tokoh orang Maluku yang perannya sangat penting dalam perjuangan merintis kemerdekaan adalah Mr Johanes Latuharhary. Putra Pulau Haruku namun lahir di Negeri Ullath Pulau Saparua 6 Juli 1900 ini merupakan delapan gubernur pertama di Indonesia, dengan wilayah kekuasaan di Provinsi Maluku (termasuk Maluku Utara).
Latuharhary merupakan gubernur yang diangkat Presiden Soekarno pada 19 Agustus 1945, namun tidak memimpin di ibukota provinsi, tetapi menjalankan pemerintahan “pengasingan” dari Jogjakarta akibat terjadinya konfrontasi Jepang dan Australia bagian dari koalisi sekutu untuk kembali berkuasa serta pemberontakan RMS. Ambon akhirnya porak poranda dibombardir dari udara laut maupun darat.
Latuharhary baru aktif menjadi Gubernur di Ambon setelah 1950. Ia mulai bangun Ambon dan membenahi sarana perkantoran, merekrut pegawai Kantor Gubernur (eks kantor gubernur saat itu kini berlokasi di Dinas Pendidikan Kebudayaan), membuat dua kabupaten baru yaitu Maluku Tengah dan Maluku Tenggara. Alasan utamanya untuk hilangkan stigma RMS karena sebelumnya Malteng dan Malra disebut wilayah Maluku Selatan.
Meski menjabat gubernur. Namun Latuharhary pulang balik Jakarta untuk mengurusi berbagai persoalan orang Maluku di Jawa dan Madura pasca kemerdekaan. Dia yang merupakan rekan perjuangan Soekarno dan Moh Hatta selalu diminta untuk mengatasi berbagai masalah nasional dan ikut bebetapa pertemuan internasional sehingga pada 1955 Lauharhary ditarik ke Jakarta dan bertugas di Kementerian Dalam Negeti, dia digantikan M. Djosan.