suaramaluku.com – Ketahanan lokal warga Kota Ambon dan sekitarnya merespon konflik antar kampung antara Dusun Ory Negeri (Desa) Pelauw dan Negeri Kariuw, Pulau Haruku, Maluku Tengah yang terjadi Rabu (26/1/2022) dinilai makin kokoh sehingga tidak berimbas ke ibukota Provinsi Maluku tersebut.
“Kita harus akui. Warga Ambon sudah punya kesadaran yang baik melihat suatu konflik. Ini membuat ketahanan lokal makin kokoh. Semuanya tidak terlepas pada kesadaran bersama dan trauma masa lalu, bahwa konflik tidak ciptakan pemenang, namun timbulkan penderitaan bersama,” ungkap dosen Sosiologi FISIP Unpatti, Dra Hanna Parera/P MSi kepada media ini, Kamis (27/1/2022).
Menurutnya, masyarakat Kota Ambon yang terdiri dari komunitas majemuk atau heterogen dengan berbagai latar belakang berbeda, punya masa lalu akibat konflik yang porak porandakan semua aspek kehidupan. Itu kenangan yang pahit.
“Dampak dari itu. Masyarakat makin kuat. Daya tahan terhadap isu-isu, berita hoax dan upaya provokasi, tidak serta merta diterima begitu saja. Mereka bisa pilah-pilah informasi, tidak asal terima dan spontanitas emosional,” tutur Hanna.
Ia turut mengapresiasi upaya serentak warga Ambon dimana saja berada yang menyuarakan pesan perdamaian di berbagai akun media sosial. Termasuk tokoh-tokoh agama dari MUI dan GPM, Gubernur Maluku, Walikota Ambon, para politisi dan lainnya.
“Intinya itu spontanitas warga Ambon. Tanpa punya kepentingan apapun, langsung bikin seruan di media sosial seperti Damai Itu Indah, Katong Samua Basudara, Ikatan Pela Gandong dan lainnya. Itu kekuatan utama kearifan lokal dan ketahanan diri. Semua itu patut diapresiasi. Karena berapa pun kekuatan Polri TNI diturunkan, tapi kalau masyarakat tidak punya kesadaran bersama dan daya tahan diri rendah. Ya percuma,” beber Hanna.