KOPASSUS LAHIR TERILHAMI KEMAMPUAN PASUKAN RMS
Ide Kopassus lahir awalnya digagas oleh Letkol Ignatius Slamet Rijadi, terilhami dari kepiawaian segelintir pasukan elite eks Belanda (KNIL) yang berada di kubu RMS, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) dan Depot Speciale Troepen (DST) pada masa penumpasan pemberontakan RMS, pertengahan 1950.
Slamet Rijadi diperintahkan memimpin pasukan besar APRIS di bawah komando Kolonel Alex Evert Kawilarang. Tapi pada suatu pendaratan di pantai utara Tulehu dan Hitu, 28 September 1950, pasukannya kewalahan dengan para sniper (penembak runduk) KST di kubu RMS.
Disebutkan dalam “Memoar H.N (Herman Nicolas) Ventje Sumual” serta biografi “Ignatius Slamet Rijadi: Dari Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS”, Pasukannya juga tak kalah kewalahan di berbagai tempat, seperti Hitu, Telaga Kodok, serta Piru, dalam upaya pasukan APRIS menerobos ke pusat kota Ambon.
“Pas turun dari pantai Tulehu, mereka (APRIS) dihabisi sama sniper-sniper baret hijau DST,” tegas aktivis reka ulang sejarah, Firman Hendriansyah kepada Okezone beberapa tahun lalu.
Begitupun di Piru dan Amahai. Bahkan di Amahai, pasukan APRIS dari Batalyon 352, diserang mendadak “ala komando”. Dalam serangan itu, pasukan APRIS kehilangan 22 personel serta direbutnya tiga pucuk senapan mesin ringan Bren.
Sementara pihak RMS hanya kehilangan empat anggotanya. Di balik tragedi itu, Slamet Rijadi mengaku terkesima dan kagum, sampai akhirnya mengharapkan Indonesia punya pasukan serupa yang bahkan lebih andal dan legendaris.
“Lewat peristiwa ini, Slamet Rijadi akhirnya menarik kesimpulan, bahwa serangan pasukan komando KST semacam ini kelak harus bisa dilakukan oleh anak buahnya. Serangan mengejutkan dengan personel terbatas, tapi dengan hasil yang maksimal,” mengutip biografi Slamet Rijadi.
Dua tahun kemudian, Kawilarang seolah melanjutkan keinginan Slamet Rijadi yang gugur di Ambon (4 November 1950), untuk membentuk pasukan elite Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Cikal-bakal Kopassus yang dibidani Mayor Mochamad Idjon Djanbi (ia orang Belanda dan eks KNIL yang menjadi warga negara Indonesia) itu diresmikan berdiri 16 April 1952, oleh Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Abdoel Haris Nasution.