JOSEF “JOST” MUSKITA
Sementara itu, dalam beberapa catatan dan referensi, pada penumpasan RMS itu. Ada beberapa perwira muda eks KNIL lain yang bertempur di front terdepan yang diantaranya ada putra-putra Maluku sendiri, selain J. Worang dari Sulut. Yaitu Leo Lopulisa (almarhum Letjen Pur mantan Pangkostrad), Mayjen TNI Josef “Jost” Muskita (almarhum mantan Sekretaris Wapres) dan Pelupessy.
Kapten Josef Muskita alias Joost yang paling tersohor. Sebelum bergabung dengan TNI pada Agustus 1950, Joost adalah bekas Letnan KNIL juga. Dia lulusan sekolah perwira cadangan Infanteri KNIL angkatan 1947 di Bandung. Sepanjang operasi, Muskita tak diberi jabatan memimpin pasukan.
Dengan pangkat kapten, Joost dijadikan perwira operasi pada grup yang dipimpin Slamet Riyadi. Operasi yang ikut ditangani Joost cukup sukses, meski ia harus membayarnya dengan permusuhan dari sang ayah, orang Ambon yang bekas Sersan KNIL. Hampir sepuluh tahun ayahnya tak mau bicara dengan Joost.
Nampaknya, sang ayah tidak suka Joost menembaki sesama orang Ambon. Untunglah pengorbanan itu tak terlalu sia-sia. Kelak, karier Joost berkembang paling moncer dibandingkan dengan mantan KNIL lain. Dia mencapai pangkat mayor jenderal dan kemudian jadi duta besar di Jerman dan Sekretaris Wapres Umar Wirahadikusuma.
Muskita dikenal sebagai perwira pejuang yang terlibat dalam beberapa operasi militer seperti penumpasan RMS, Permesta, di Sumatera dan lainnya. Ia pensiun dari karier militernya tahun 1979 dengan pangkat jenderal bintang dua atau Mayor Jenderal (Mayjen).
Karier militernya dimulai ketika lulus jadi prajurit KNIL. Ketika Indonesia merdeka 1945 dan KNIL bubar 1950, Muskita yang sudah berpangkat Letnan memilih beralih mengabdi sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). (NP)