Ide Lahirnya Kopassus dari Pertempuran Berantas RMS di Pulau Ambon

oleh -8,821 views
oleh
Pasukan APRIS (TNI) saat memasuki kota Ambon tahun 1950. Almarhum Mayjen TNI Pur Josef Muskita (waktu itu masih Kapten) sebelah kanan dekat bendera. -dokumen-

Terkait dengan ide Slamet Rijadi bentuk Kopassus itu, penulis media ini pada beberapa tahun lalu, sempat mewawancarai pelaku dan saksi mata pertempuran antara pasukan eks KNIL di RMS dan tentara kubu APRIS, yaitu opa Piet Suribory yang adalah salah satu anggota regu pengawal Panglima angkatan bersenjata RMS.

“Beberapa bataliyon APRIS masuk Pulau Ambon melalui pantai Hitu dan Tulehu. Mereka menyerang gunakan strategi menggunting dari arah Passo dan Tulehu, untuk serang posisi kami di Waitatiri Suli. Pertempuran hebat disitu. Kami kalah senjata dan amunisi. Tapi pasukan APRIS meninggal banyak, karena mereka diserang mendadak. Kami lalu lari ke hutan dan juga berenang ke arah Hutumuri, kemudian sebagian besar mengungsi ke Pulau Seram,” cerita opa Piet.

Ketika RMS berhasil ditumpas dan Presiden nya Mr Christian Soumokil ditahan dan dieksekusi mati di Jogjakarta. Para eks KNIL termasuk opa Piet Suribory, diberi pilihan: Berangkat ke Belanda, melebur diri masuk TNI atau jadi pegawai sipil dan pensiun. Beliau kemudian pilih jadi PNS dan hingga pensiun kerja di Disnaker Maluku.

Pertempuran penumpasan RMS bukan saja jatuh korban banyak tentara APRIS. Bahkan perwira-perwira hebat eks KNIL serta tiga komandan bataliyon (Danyon) yang terkenal dikirim ke Ambon pun akhirnya gugur.

Ketiga nama Danyon itu adalah Slamet Riyadi, Slamet Sudiarto, dan Abdullah. Mereka dikenang, karena semuanya gugur dalam pertempuran. Mayor Abdullah meninggal saat pimpin pendaratan; tertembak di atas kapal oleh peluru RMS pada 25 September 1950 di sekitar Seram.

Kemudian pada 28 September 1950, pasukan TNI akan mendarat di Hitumeseng, dan Letkol Slamet Sudiarto kena tembak saat hendak keluar dari kapal. Peluru menembus ususnya. Ia sempat dioperasi di KM Waibalong, tetapi akhirnya meninggal.

Sebulan setelahnya, Slamet Riyadi menyusul. Pada 4 November 1950, Slamet Riyadi meninggal setelah tertembak sniper RMS ketika hendak memasuki kota Ambon melalui kawasan Ongkoliong, Batumerah Bawah.

“Letkol Slamet Riyadi di atas tank. Kemudian, nasib menentukan, serentetan tembakan bren dari seorang RMS mengenai perutnya dengan parah. Peluru kena di metal di belt (ikat pinggang) dan karena itu dum-dum. Lukanya besar. Akibat luka-luka yang amat parah itu akhirnya Letkol Slamet Riyadi gugur,” kata Alex Kawilarang dalam biografinya, Untuk Sang Merah Putih.

Operasi menumpas RMS ini memang berat dan sulit. Tangguhnya pasukan RMS membuat pasukan RI sulit pulang hidup-hidup dari Ambon. Ini adalah “perpeloncoan” sangat berat bagi anggota TNI eks KNIL, juga tentara yang berjuang di masa revolusi.

Pada perang melawan RMS, pasukan yang hampir semuanya bekas KNIL namanya Batalion 3 Mei. Dinamai demikian karena dibentuk di Manado pada 3 Mei 1950, oleh bekas KNIL dan laskar pejuang yang berontak pada Belanda di Manado.

No More Posts Available.

No more pages to load.