Sebagaimana diketahui, salah satu momen “badai” yang dialami GPM, adalah ketika perang dunia kedua antara sekutu dan Jepang sehingga kota Ambon dibombardir bom serta pertempuran memberantas gerakan RMS oleh TNI, akibatnya gereja pusat pertama atau Protestant Kerk di jalan A.Y. Patty terbakar dan hancur.
Lantaran itu, Presiden pertama RI Ir Soekarno membangun gereja pusat pengganti dan memindahkan ke lokasi saat ini di jalan Pattimura.
Peletakan batu pertama pembangunannya oleh Presiden Soekarno pada 6 September 1952 serta diresmikan dan digunakan pertama kali tanggal 9 Mei 1954. Kemudian direnovasinya lagi menghabiskan APBD Maluku tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp 9,47 miliar di masa Gubernur Maluku, Karel Ralahalu
SEJARAH SINGKAT
GPM merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis. GPM berdiri di Ambon pada 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahirannya. GPM memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) atau Indische Kerk dan Nederlandsch Zendeling Genotschaap (NZG) sebagai bentuk kemandirian gereja.
Cikal bakal lahrnya GPM memiliki sejarah sangat panjang sesuai berbagai sumber referensi. Secara singkat, diawali pada 27 Februari 1605, GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis dari orang-orang Belanda, pegawai VOC di Ambon yang bertempat di dalam ruangan Benteng Nieuw Victoria.
Pada tahun 1622, Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda setelah 1621 didirikan di Batavia (Jakarta), yang berdampak aktivitas penginjilan di wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khususnya melalui peran Pendeta Adriaan Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke Ambon namun kapalnya tenggelam di Teluk Ambon, dia meninggal.
Misinya dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku maupun Indonesia).
Tahun 1799:, setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang telantar, termasuk beberapa jemaat di Ambon.
Pada masa tahun 1815-1833: Joseph Kam diutus ke Maluku oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG). Kemudian tahun 1871, Joseph Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon
Tahun 1930, gereja terus berkembang pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlandsch Zendeling Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah meliputi hampir seluruh Maluku.
Akhirnya tahun 1935, tepatnya tanggal 6 September: GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam bidang konfesi, liturgi dan keuangan
Di tahun 1950, terjadi penumpasan RMS oleh TNI di Kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan banyaknya gedung gereja ikut terbakar.
Dan pada tanggal 25 Mei 1950, GPM menjadi anggota PGI (dulu DGI). Wilayah pelayanannya mencakup Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
Selamat Hari Jadi GPM yang ke-87. Tuhan Yesus menyertai dan memberkati semua pelayan dan jemaat dari sinode sampai ke pelosok-pelosok negeri. (novi pinontoan)