suaramaluku.com – Rasa empati demi kemanusiaan dan selamatkan derita seorang bayi, mampu menembus sekat birokrasi dan solusi mengatasi keterbatasan ketersediaan fasilitas kesehatan maupun sumber daya manusia di suatu wilayah.
Hal ini terjadi pada kasus bayi Jemi Rafael Mustamu, asal Negeri (Desa) Hatusua, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, belum lama ini.
Pertolongan tepat waktu bisa dibilang sebuah mujizat atau anugerah khusus yang jarang terjadi dalam siklus kehidupan. Ini terjadi kepada si kecil Jemmy, bayi yang lahir di rumahnya dengan benjolan di area bokong sampai di anusnya yang harus secepatnya mendapat pertolongan karena bisa berakibat infeksi dan kehilangan nyawanya.
Sementara saat dibawa ke RSUD dr Ishak Umarella di Tulehu, fasilitasnya belum memiliki dokter bedah spesialis syaraf. Keterbatasan sumber daya RS itu menjadi momentum perubahan birokrasi pelayanan kesehatan kegawatan yang fleksibel dan responsive.
Akhirnya kisah pilu kondisi bayi Jemmy dari Negeri Hatusua itu, informasinya didengar oleh Istri Gubernur Maluku, Widya Murad Ismail dan kemudian menginstrusikan agar bayi itu harus dapat tindakan medis segera.
“Bunda Widya menelepon Direktur RSUD Ishak Umarella dan minta agar segera melakukan pertolongan medis kepada bayi Jemmy. Kebetulan saat itu ada dokter Thomas Harry Adoe SpA K yang juga kepala perinatology RSUD Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi di Ambon. Beliau saran rujukan agar bayi tersebut diberangkatkan ke Kota Bekasi untuk segera dilakukan tindakan oleh dr Rudy sebagai dokter bedah syaraf yang dimiliki RSUD CAM,” ungkap Suster Kepala Nur Tuhulele kepada media di ruang Perinatology RSUD CAM Kota Bekasi, Kamis (6/10/2022) lalu.
Menurut Suster Nur, saat itu juga dilakukan persiapan keberangkatan menuju Kota Bekasi, segala keperluan disiapkan dan disediakan, koordinasi antar RSUD berjalan intens menjelang keberangkatan sampai kepulangan bayi Jemmy. Semua dipersiapkan sesuai prosedur sehingga bayi bisa tertangani maksimal, operasi pun berjalan cepat, lancar dan berhasil.
Kisah pilu bayi jemmy ini dan empati dari ibu Widya Murad Ismail, tak terlepas dari responi oleh jajaran direktur dan tim BETA (Be Everything Together Act) untuk transportasi emergency medis RSUD Tulehu dengan sikap responsif empaty dan cepat terhadap bayi Jemmy yang berusia 17 hari kelainan bawaan lahir pada tulang belakang sampai ke area anus yang perlu mendapat pelayanan dokter sub spesialisasi bedah syaraf dan intensive neonatal (NICU) ke RSUD Kota Bekasi
Saat tiba di Jakarta dijemput oleh tim NET CREW (Neonatal Emergency Transport) lengkap dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan bayi dan telah dikomunikasikan secara intes antara RSUD Tulehu dan RSUD Kota Bekasi.
Tangisan sakit bayi Jemmy menjadikan inspirasi kesakitan untuk semua orang yang terlibat segera bisa ditatalaksana dengan benar, cepat dan humanis tanpa perlu ada penghambatan oleh pihak RSUD dan profesi kesehatan untuk Fokus Service dan Not Crowed.
Hasilnya, perkembangan hari ke empat pasca tindakan bedah (operasi) dilakukan selama dua hari di RSUD Tulehu menunjukan perbaikan yang lebih baik. Bahkan tak kalah penting nya nutrisi enteral high kalori diberikan sebagai upaya mencegah lebih awal kejadian gagal pertumbuhan yang berdampak stunting di kemudian hari.
Atas hasil kepedulian dan perhatian serta kerja keras dari para pihak tersebut, ucapan syukur dan terima kasih disampaikan oleh oma (nenek) sang bayi yang ikut mengantarkan bayi Jemmy, karena ibu bayi masih terbaring lemah kondisinya saat itu.
“Terima Kasih kepada bunda Widya Murad Ismail yang memberikan fasilitas diluar dari perkiraan kami keluarga besar. Juga kepada Pemerintah Kota Bekasi melalui Direktur RSUD CAM dan dr Thomy Adoe Kepala Perinatology RSUD. Kami keluarga besar berterima kasih atas pertolongan dan bantuannya, semoga Tuhan berkati dan balas semua kebaikan yang sudah diberikan, sekali lagi terima kasih kepada semua pihak,” ungkap Oma Jemmy. (SM-05)