suaramaluku.com – Hari ini, Jumat 28 Oktober 2022 bangsa Indonesia peringati Hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun. Nah, Sumpah Pemuda lahir dari Konggres Pemuda kedua di Batavia (Jakarta) pada 26-28 Oktober 1928.
Sekitar 700 an perwakilan pemuda dari berbagai persatuan pemuda hadir di Jakarta saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Borneo, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Madura, Bali , dan lainnya.
Dikutip dari buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional, bahwa sejarah sumpah pemuda melewati dua tahap yakni Kongres Pemuda Pertama dan Kongres Pemuda Kedua.
Tokoh dari berbagai organisasi kepemudaan menggelar pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda II. Kegiatan ini bertujuan bicarakan rencana-rencana kolaborasi antar organisasi pemuda di berbagai daerah di Indonesia.
Kongres ini dibagi dalam tiga rapat hingga dihasilkan rumusan dari beberapa poin tentang persatuan yang menjadi topik pembahasan. Pada akhirnya poin-poin ini dirumuskan dalam teks Sumpah Pemuda.
Tak hanya ikrar atau janji para pemuda yang tertuang dalam Sumpah Pemuda, momen tersebut juga melahirkan lagu Indonesia Raya. Lagu kebangsaan ini dinyanyikan untuk pertama kalinya.
Nah, di forum pergerakan pemuda nasional itu, Maluku hadir dan turut berperan aktif melalui organisasi Jong Ambon.
Tokoh sentral Jong Ambon yang memainkan peranan penting di kongres tersebut adalah dr Johanes Leimena yang berprofesi sebagai dokter dan politisi. Ia jadi panitia Kongres Pemuda I dan II.
Kongres Pemuda pertama dilaksanakan pada 30 April hingga 2 Mei 1926 di Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta.
Saat itu, Jong Ambon juga hadirkan wakilnya yaitu Toule Salahuwey seorang mahasiswa Rechts Hoge School atau RHS dan turut aktif pula yakni dr J. Kayadoe dan istrinya.
ALUMNI STOVIA
Ada yang menarik dari Jong Ambon di awal organisasi tersebut didirikan pada tahun 1917 dan diketuai dr Jeremias Kayadoe.
Jong Ambon merupakan himpunan para pemuda Ambon pada masa pergerakan nasional sebelum Sumpah Pemuda.
Terbentuknya Jong Ambon diprakarsai oleh para pelajar Ambon yang mengenyam pendidikan di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) atau disebut juga dengan sekolah kedokteran di Batavia.
Tujuan dari dibentuknya Jong Ambon adalah untuk menggalang persatuan, kesatuan, dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda yang berasal dari Ambon (Maluku termasuk Maluku Utara saat itu).
Kebanyakan anggota organisasi pemuda ini didirikan oleh para mahasiswa atau alumni Stovia. Mahasiswa Stovia yakni Lodwijk Tamaela dan kawan-kawan antara lain Jeremias Kayadoe, bercita-cita menyatukan pemuda dan pelajar asal Maluku di Jawa dalam satu organisasi pemuda.
Kayadoe merupakan seorang dokter bumiputera yang lahir tanggal 5 Februari 1901 di Ambon. Ia lulusan pendidikan dasar di Ambonsche Burgerschool di Ambon tahun 1916.
Mulai masuk sekolah Mulo, J. Kayadoe tamat tahun 1920. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran bumiputera atau Stovia di Batavia. Pada tahun 1928, beliau berhasil meraih gelar dokter dan ditempatkan di berbagai daerah di Indonesia.
Pada zaman pergerakan nasional J. Kayadoe aktif di dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Selain itu ia aktif dalam gerakan mahasiswa di Stovia, dan juga di Sarekat Ambon yang didirikan oleh Alexander Jacob Patty di Semarang pada tahun 1923.
Pada waktu Alexander Jacob Patty ditangkap di Ambon dan dibuang ke Bengkulu dan kemudian ke Papua, dr. J.Kayadoe memimpin Sarekat Ambon yang berpusat di Jakarta.
Inisiatif Kayadoe dkk disambut baik lalu lahirlah Jong Ambon. Perkumpulan ini awalnya lebih merupakan perkumpulan olahraga dengan titik berat pada sepakbola.
Johannes Latuharhary yang saat itu berstatus pelajar di Koning Willem III School atau KW III turut pula memperkuat kesebelasan Jong Ambon, di samping mempertahankan panji-panji klub sekolahnya.
Dalam perjalanan, sebagian pemuda pelajar tak puas dengan peranan Jong Ambon yang hanya bergerak dalam lapangan olahraga. Di tengah gelombang pergerakan nasional mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah lebih utama.
Karena itu mereka dirikan Vereeniging Ambonsche Studenten atau disingkat VAS. Maka dari itu Jong Ambon ada dua kelompok yaitu VAS/Jong Ambon yang dipimpin oleh Toule Salahuwey dan Johanes Leimena yang menyatukan diri dengan pergerakan Pemuda Indonesia.
Kelompok ini mengembangkan sayapnya ke kota-kota besar di Jawa. Atas dasar cinta pada tanah air menimbulkan kesadaran nasional dalam tubuh Jong Ambon.
Warna klub ini adalah merah putih, di lapangan hijau sampai pada zaman Jepang satu-satunya kesebelasan yang terkenal dengan kostum merah-putih adalah kesebelasan Jong Ambon.
Pada tahun-tahun terakhir, Jong Ambon mengalami kemunduran sehingga pada tanggal 1 Juni tahun 1923 harus dihidupkan kembali dengan nama Sport En Muziek Vereeniging Jong Ambon atau disingkat SVJA tetapi terkenal hanya dengan nama Jong Ambon.
Ketuanya adalah F. Loppies dengan wakil ketua LG. Wattimena. Sekretarisnya F. Pesulima dan bendahara F. Hahiary. Dua orang wanita duduk sebagai pembantu yakni Nona C. Mustamu dan Nona A. Siahaya.
Inti dan penggerak organisasi ini adalah para mahasiswa dan alumni Stovia, seperti dr. L. Tamaela, dr. J. Lisapaly, dr. J. Tupamahu, dr. J. Kayadoe, G. Rehatta, C.J. Kapitan, J. Malaihollo, D. Tahitu, W. Putiray, dan Johannes Leimena.
Para mahasiswa dan alumni Jong Ambon pasca kemerdekaan kemudian dikenal sebagai negarawan, politisi, akademisi dan dokter pejuang serta pahlawan nasional. Nama mereka pun diabadikan pada beberapa fasilitas pemerintah dan jalan di Ambon juga Jakarta.
Misalnya dr Johanes Leimena, ia adalah menteri dan pejabat negara terlama sejak Presiden Soekarno hingga Soeharto. Nama putera Negeri Ema itu diabadikan pada nama RSUP Leimena, juga ads monumen nya di kawasan Poka Ambon.
Mr Johanes Latuharhary kemudian jadi Gubernur Provinsi Maluku pertama dan namanya diabadikan untuk salah satu jalan di Jakarta Pusat. Monumen nya juga ada di kampungnya Negeri Haruku.
Selain itu, ada nama jalan dr J. Kayadoe di kawasan Kudamati Ambon, jalan A.J. Patty di kawasan pertokoan utama Kota Ambon, jalan dr L. Tamaela di Ambon, serta jalan dr J. Malaihollo di Ambon dan lainnya.
Nama lain dari alumni Stovia yang diabadikan pada fasilitas pemerintah dan nama jalan juga yayasan di Jawa dan Ambon adalah dr J.B. Sitanala. Yakni Rumah Sakit Khusus Kusta dr Sitanala di Tangerang Banten. (berbagai sumber/novi pinontoan)