suaramaluku.com – DUNIA olahraga Indonesia dalam sepekan terakhir berduka. Dua legenda sekaligus pergi selamanya. Yang satu atlet putri bulutangkis senior, satunya lagi reporter/wartawan olahraga senior TVRI Pusat.
Mereka adalah Verawati Wiharjo Fajrin dan Max Sopacua. Pencinta olahraga di tanah air tentunya tak asing dengan keduanya di masa kejayaan mereka tahun 1980 an hingga awal 2000.
Verawati merupakan pebulutangkis Indonesia serba bisa. Ia bukan saja berprestasi level dunia di nomor tunggal putri. Namun juga jawara di ganda putri dan ganda campuran.
Prestasinya komplit. Dari level SEA Games, Asian Games, Piala Dunia (World Cup) hingga Kejuaraan Dunia dan beberapa turnamen terbuka bergengsi sudah dijuarainya. Semisal All England, Denmark Terbuka, Malaysia Terbuka, Indonesia Terbuka hingga World Grand Prix Final.
Verawati yang main ganda putri dengan Imelda Wiguna merupakan pasangan yang disegani lawan. Sedangkan di ganda campuran dengan Edi Hartono menjadi penentu Indonesia juara kejuaraan beregu campuran dunia, Piala Sudirman 1989 setelah mengalahkan Korea 3-2.
Di nomor tunggal putri, legenda kelahiran Jakarta, 1 Oktober 1957 ini menjuarai Kejuaraan Dunia 1980. Verawati menjadi kampiun usai di final mengalahkan rekannya, Ivana Lie 11-1, 11-3.
Setahun sebelumnya, bersama Imelda Wiguna, Vera juga merenggut juara All England 1979 setelah menekuk Atsuko Tokuda/Mikiko Takada (Jepang), 15-3, 10-15, 15-5. Mereka jadi ganda putri kedua Indonesia yang sukses di All England setelah Minarni/Retno Kustiyah pada 1968.
Dengan Imelda pula, Vera merebut emas SEA Games Manila 1981. Mereka juga merebut medali emas Asian Games VIII/1978 di Bangkok setelah di final mengalahkan Chiu Yu Fang/Cheng Hui Ming (Tiongkok).
Di nomor ganda campuran, ia juga berprestasi besar. Bersama Eddy Hartono, Vera juara World Cup pada 1986. Selain itu, mereka juara Malaysia Terbuka 1988 dan Indonesia Terbuka 1989. Keduanya juga juara World Grand Prix Final serta juara SEA Games 1989.
Pada nomor ganda putri, setelah Imelda Wiguna pensiun, Verawati berpasangan dengan Yanti Kusmiati. Duet ini unik dan dikenal di dunia bulutangkis sebagai pasangan “maxi mini”. Lantaran Verawati berpostur tinggi besar, sedangkan Yanti kecil pendek.
Sayangnya, seabrek prestasi dunia Verawati tak bisa sempurna karena tanpa medali dari arena Olimpiade. Pasalnya, cabang olahraga bulutangkis baru resmi dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992. Saat itu Verawati sudah pensiun sebagai pemain. Namun yuniornya Susi Susanti sukses raih emas Olimpiade itu.
Kini, pemain legendaris itu telah tiada. Verawati diketahui mengidap penyakit kanker paru-paru. Ia sebelumnya sudah dirawat di rumah sakit cukup lama. Namun ia harus akhiri perjuangan lawan sakitnya dan penuhi panggilan Ilahi pada 21 November 2021di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta akibat penyakit tersebut.