Misalnya saja sesuai data, nilai kontribusi KTI terhadap PDB nasional yang bekisar 18,00 persen, dapat dikatakan rendah, inipun berkat sumbangan dari Pulau Kalimantan (5 provinsi) yang memberikan kontribusi sekitar 8,00 persen, jadi praktis 12 provinsi lainnya di KTI hanya memberikan kontribusi berkisar (10-11) persen.
Rendahnya kontribusi ini diakibatkan oleh rendahnya investasi di KTI dimana PMDN pada tahun 2020 sebesar Rp 71.466,2 milyar, sementara investasi PMDN secara nasional sebesar Rp 413.535,5 milyar dan PMA sebesar US$ 8.684,3 Juta dan nasional sebesar US$ 28.666,3.
Hal ini memperlihatkan bahwa PMDN di KTI hanya sekitar 17 persen dari PMDN nasional dan sekitar 30 persen investasi asing secara nasional, yang sebagian besar (69,00 %) berasal dari sektor pertambangan (Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara) merupakan perusahaan multinasional.
Selain itu, Infrastruktur sebagai syarat berkembangnya investasi, yaitu transportasi untuk mendukung kegiatan perdagangan dan konektivitas, infrastruktur energi untuk kegiatan produksi, dan infrastruktur air bersih dan kesehatan untuk efisiensi.
Kondisi infrastruktur jalan di KTI memperlihatkan Panjang Jalan Provinsi se-KTI sebesar 23.179 Km atau 42,2 persen jalan provinsi secara nasional, jalan Negara sepanjang 26.17 Km atau 55,62 persen Jalan Negara secara nasional, Jalan kabupaten sepanjang 161.586 Km atau 29,76 persen panjang keseluruhan jalan kabupaten secara nasional.
Di sisi lain, kebutuhan pelabuhan di KTI menunjukkan tingkat yang tinggi, dimana kegiatan bongkar barang antar pulau tahun 2020 di seluruh pelabuhan di KTI ini menunjukkan 51,35 persen dari seluruh kegiatan bongkar nasional, dan kegiatan muat antar pulau sebesar 66,34 persen dari seluruh kegiatan muat nasional.
Sementara itu kegiatan bongkar dari luar negeri sebesar 25,51 persen dari seluruh bongkar dari luar negeri, namun kegiatan muat untuk tujuan luar negeri menunjukkan persentase tinggi, yaitu 79,41 persen dari seluruh kegiatan muat nasional tujuan luar negeri. disumbang dari Kalsel, Kaltim, Sulteng, Sultra dan Maluku Utara. Ini memberikan sinyal bahwa pemuatan untuk tujuan luar negeri adalah produk pertambangan (batu bara dan nikel).
Belum lagi keunggulan maupun keterbatasan dalam sektor kelautan dan perikanan, pariwisata, infratruktur energi listrik, pertambangan, perkebunan, investasi, pendidikan dan lainnya.
Dijelaskan, ada beberapa faktor yang sebabkan tertinggalnya KTI, diantaranya Investasi yang rendah sebagai akibat terbatasnya infrastruktur dasar, rendahnya kualitas sumberdaya manusia akibat akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan yang buruk, juga konektivitas wilayah yang memicu meningkatnya harga kebutuhan dasar khususnya di daerah Papua, kurangnya pelayanan dasar untuk pemenuhan hak-hak yang menekan kualitas hidup pada level yang rendah.