DALAM sejarah keikutsertaan kontingen Provinsi Maluku di arena Pekan Olahraga Nasional )PON) yang dimulai pada PON II tahun 1951 hingga PON terakhir 2016 di Jawa Barat, selalu berhasil meraih medali baik berupa emas, perak atau perunggu.
Kini PON XX di Papua akan digelar mulai 3 Oktober 2021. Kontingen Maluku yang meloloskan 45 atlet dari 14 cabang olahraga yang liolos, sebagian besar atletnya sudah tiba di Jayapura, Merauke dan Timika.
Namun dari sejarah panjang Maluku di arena PON, ada satu momen spektakuler yang diciptakan oleh tim tinju Maluku yaitu pada arena PON 1981 di Jakarta.
Pasalnya, hingga menjelang penutupan PON 1981, Maluku belum mendapatkan medali emas. Hanya baru peroleh medali perak dan perunggu dari cabor atletik dan anggar. Tersisa harapan pada partai final cabang tinju.
Kontingen Maluku sangat berharap dapatkan medali emas untuk mendongkrak posisinya di klasemen umum perolehan medali. Meski waktu itu hanya ada 27 provinsi di Indonesia, tetapi posisi Maluku sementara berada di luar 20 Besar.
Nah, peluang perbaiki peringkat umum hanya tersisa pada tinju. Dari 10 petinju yang ikut PON, anak-anak Maluku membuat prestasi spektakuler dan fenomenal yang bersejarah.
Lantaran 8 petinjunya lolos ke partai final. 2 lainnya medali perunggu sudah di tangan karena kalah di semifinal.
Kekuatan tinju Maluku saat itu memang disebut “the dream team’. Dibawah asuhan dua pelatih legendaris, almarhum Teddy van Room dan Otje Tehupeiory.mereka merajai arena tinju amatir Indonesia seperti Kejurnas dan Sarung Tinju Emas (STE) serta even lainnya.
Baca Juga:
- Ellyas Pical; Petinju Kidal dari Saparua, Penghancur Dominasi Petinju Korea Selatan
- Wiem Gomies; Legenda Tinju Kelas Menengah Asia yang Cinta Kampungnya di Hatalai Ambon
Terbukti, delapan petinju yang lolos final semuanya juga adalah anggota tim tinju Indonesia. Mereka adalah Herry Maitimu, Ellyas Pical, Charles Thomas, Notje Thomas, Max Auty, Polly Pesireron, Wiem Gomies dan Beni Keliombar.
Sedangkan dua petinju yang gagal ke partai final namun meraih medali perunggu yakni Lutfy Mual (kelas bulu) dan Jeffry Manusama (kelas welter ringan) juga langganan Pelatnas tim Indonesia.
Menariknya. Saat partai final PON 1981 tersebut, mulai dari petinju pertama hingga ketujuh semuanya sukses menyapu medali emas. Di partai kedelapan barulah petinju kelas berat ringan, Beni Keliombar kalah dari petinju Irian Jaya yang juga mantan juara Asia, Beni Maniani.
Emas pertama diraih Herry Maitimu di kelas layang. Herry kalahkan Azhadin Anhar dari Aceh. Berikutnya disusul Elly Pical (terbang), Charles Thomas (bantam), Notje Thomas (ringan), Max Auty (welter), Polly Pesireron (menengah ringan) dan emas ketujuh dari Wiem Gomies (menengah) setelah kanvaskan mantan petinju Maluku juga, Meny Matatula dari Jawa Barat.
Total di malam final cabor tinju PON 1981 yang digelar di Istora Senayan Jakarta, tim tinju Maluku memperoleh 7 medali emas, 1 perak dan 2 perunggu.
Hasil itu membuat secara keseluruhan kontingen Maluku meraih 7 emas, 2 perak dan 4 perunggu. Dampaknya, peringkat Maluku di urutan bawah sementara dari 27 provinsi, melonjak naik drastis ke posisi 14 klasemen umum akhir PON 1981.
Dari kesuksesan tersebut, 6 petinju Maluku dipilih perkuat kontingen Indonesia pada SEA Games 1981 di Manila Filipina.
Keenamnya yaitu Herry Maitimu, Ellyas Pical, Charles Thomas, Max Auty, Polly Pesireron dan Wiem Gomies. Hasilnya, Max Auty medali emas, Wiem Gomies perak, sisanya meraih perunggu.