JUARA DUNIA DAN JUARA OPBF
Usai PON dan SEA Games 1981, Wiem Gomies gantung sarung tinju karena sudah berumur 35 tahun waktu itu. Masa jaya petinju legendaris Indonesia ini yaitu Juara Asia 1971, ikut Olimpiade 1972 di Munichen Jerman, dua medali emas Asian Games 1970 dan 1978, emas SEA Games 1977.
Sedangkan medali emas PON nya untuk Maluku sudah diraih sejak PON 1969, 1973 dan 1981. PON 1977 Wiem Gomies juga ke final tapi saat itu wakili DKI Jaya. Beliau sekarang berusia 75 tahun dan masih jadi pelatih PPLP Tinju Maluku.
Yang menarik. Ellyas Pical kemudian pindah ke tinju pro dan sukses mengangkat nama Maluku dan Indonesia.
Dia jadi orang Indonesia pertama yang juara dunia pada kelas bantam junior versi IBF tahun 1985 setelah memukul KO juara bertahan dari Korea, Yu Do Chun di ronde ke 8 dari semestinya 12 ronde.
Langkah Elly Pical diikuti Polly Pesireron yang juga beralih ke tinju pro. Polly juga mencapai kesuksesan.
Ia mampu jadi juara kelas menengah OPBF (Asia Padifik). Namun Polly gagal saat berusaha merebut gelar juara dunia di Korea.
Sementara itu, Herry Maitimu kemudian pindah ke Jambi. Dia ditawari bekerja di sana dan menjadi karyawan PDAM hingga pensiun. Kini Herry pelatih tim tinju Jambi ke PON Papua 2021.
Ia tercatat empat kali ikut PON. Dua kali beri emas untuk Maluku di PON 1977 dan 1981. Serta dua emas untuk Jambi di PON 1985 dan 1989.
Selain mereka, Notje Thomas juga undur diri dan mengabdi di Pemkot Ambon. Lalu Max Auty beralih menjadi sopir taksi miliknya hasil dari penghargaan Menpora. Jeffry Manusama lanjut bekerja di KPLP.
Baca Juga:
- Notje Thomas; Petinju yang Pernah Diskors, Diminta Ganti Nama dan Bangkit Lagi Jadi Juara di PON
- Polly Pesireron dari Kamariang hingga Juara OPBF, Gagal Juara Dunia, Kini Tanpa Kaki Kiri
Sedangkan yang sudah almarhum yakni Charles Thomas (berprofesi pelatih tinju pro), Beni Keliombar (pensiun anggota Polri) dan Lutfy Mual (pensiun karyawan PLN Maluku).
“Itu masa kejayaan Maluku. Kenangan manis dan bersejarah,” ungkap Herry Maitimu, yang dijuluki raja kelas layang Indonesia, belum lama ini.
Bagi Notje Thomas, PON 1981adalah momen pembuktian. Karena dirinya pernah terkena skorsing saat even internasional President Cup.
“Beta tampil di final dan raih medali emas. Itu bukti beta belum habis. Meski sempat terkena skorsing tapi beta buktikan yang terbaik,” jelas Notje.
Pendapat yang sama disampaikan Max Auty. “Jaman itu. Lawan tahu akan ketemu petinju Maluku, mereka sudah grogi duluan. Katong benar-benar dilatih disiplin, kekuatan dan kecepatan. Prinsipnya harus robohkan lawan, jadi ya katong bisa sukses,” cerita Max.
Bagi Wiem Gomies, itulah momen akhiri pengabdian di ring tinju. “PON 1981 itu berkesan dan bersejarah. Beta sudah umur 35 tahun lebih. Jadi tutup karier dengan medali emas. PON 1977 beta main untuk DKI, dapat perak. Tapi bukan kalah, namun tim DKI undur diri dari final,” beber Wiem Gomies, yang pertama kali raih emas untuk Maluku di pada PON 1969 Surabaya.
Kisah spektakuler ini sudah sulit terulang. Kita hanya bisa berharap dunia tinju Maluku bangkit kembali. Harapan kini, agar empat petinju Maluku yang akan berlaga di PON Papua 2021, dapat mempertahankan tradisi emas. Semoga. (novi pinontoan)