Makna “Merayakan Natal dengan Rendah Hati dan Setia”

oleh -4,908 views
oleh

Tema itu penting diresapi dalam konteks sosial bermasyarakat dewasa ini, ketika kita dihadapkan pada bencana alam dan non-alam (pandemik), bahwa kita harus menjadi hamba yang melayani.

Dalam situasi kebencanaan, diperlukan empathy kemanusiaan yang tinggi, dan itu bisa dilakukan oleh orang yang rendah hati, yang mau merasakan penderitaan sesama dan menjadikan dirinya bagian dalam upaya menolong orang yang susah.

Kepada kita diberi tanggungjawab untuk mengusahakan keadilan, kebenaran, perdamaian, kesejahteraan, kepada semua umat manusia: masyarakat atau jemaat/umat.

Tanggungjawab itu memerlukan peran nyata dari orang-orang yang mau mengalahkan dirinya, dan tidak mempertontonkan kekuasaan, mengejar kehormatan dan pujian; melainkan menjadikan kerendahan hati sebagai perilaku dalam menjalankan kekuasaan, kedudukan, status dan jabatan apa pun.

Tugas itu harus dipahami sebagai pemberian TUHAN, atau TUHAN mempercayakannya kepada kita saat ini. Maka harus dijalankan dengan setia, sebab untuk maksud itulah kita dipakai TUHAN sebagai hamba-Nya bagi masyarakat dan umat/jemaat.

Kita memerlukan relasi sosial yang berdamai sejahtera; kita ingin hidup dalam suatu masyarakat yang bersahaja, masyarakat yang ugahari yang hidup apa adanya, tanpa manipulasi dan spekulasi.

Sebab itu kerendahan hati memungkinkan kita berkomunikasi secara setara sebagai saudara, dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, tidak tersulut emosi yang dapat berujung tindakan anarkhis.

Komunikasi kerendahan hati adalah komunikasi orang-orang yang saling mengasihi, menghormati, toleran dan berkeadaban. Dengan demikian kita akan mencapai kemajuan dalam membingkai suatu masyarakat yang cinta damai dan saling menopang (masyarakat yang solider).

Penulis; ELIFAS MASPAITELLA, Ketua Sinode GPM

No More Posts Available.

No more pages to load.